Senin, 11 Oktober 2010

Arti bermain bagi anak
Bermain adalah kegiatan yang sangat dekat dengan dunia anak. Kegiatan ini dapat dilakukan secara perorangan, maupun berkelompok. Jenis permainan, jumlah peserta serta lamanya waktu yang dialokasikan untuk bermain, tergantung pada keingingan serta kesepakatan yang dibuat oleh para peserta. Begitu akrabnya kegiatan bermain ini dengan keseharian kita, sehingga kita kerap menganggapnya sebagai kegiatan biasa saja. Tidak ada yang istimewa. Namun, benarkah demikian? 
Bermain vs Bekerja
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan semata-mata untuk menimbulkan kesenangan. Hal ini senada dengan
pendapat Piaget yang menjelaskan bahwa bermain terdiri atas tanggapan yang diulang semata untuk kesenangan fungsional. Pengertian ini membedakan antara bermain dengan bekerja, yang memiliki tujuan tertentu dan tidak harus menimbulkan kesenangan. Saat ini, sekolah telah mengakui nilai dan manfaat bermain yang bersifat edukatif bagi perkembangan para peserta didik. Hal ini terlihat dengan pencakupan kegiatan permainan, olahraga, drama, seni dan sebagainya dalam kurikulum pendidikan formal. 

Manfaat bermain bagi perkembangan anak
Sesungguhnya bermain memberi manfaat yang besar bagi perkembangan anak. Elizabeth B. Hurlock, salah seorang pakar perkembangan anak, menuliskan dalam buku 
child development, setidaknya ada 11 manfaat yang dapat diraih dari kegiatan bermain bagi anak. Namun saya hanya akan menguraikan 9 diantaranya, yaitu:
1.      Perkembangan fisik
Ketika seorang anak bermain, misalnya bermain permainan tradisional
gobak sodor, maka akan terjadi koordinasi gerakan otot, terutama otot-otot tungkai dan otot-otot gerakan bola mata. Sehingga otot-otot ini terlatih dan berkembang dengan baik.  Selain itu, bermain juga berfungsi untuk menyalurkan energi yang berlebihan pada anak, yang bila terus terpendam akan membuat anak tegang, gelisah dan mudah tersinggung.
2.      Penyaluran bagi energi emosional yang terpendam
Seringkali, seorang anak berhadapan dengan kenyataan-kenyataan yang tidak menyenangkan, termasuk pembatasan lingkungan atas perilaku mereka, yang secara tidak sadar menimbulkan ketegangan dalam dirinya. Ketegangan  ini berkurang ketika anak bermain. Aturan-aturan ketat yang mesti ditaati di rumah,  misalnya jadwal belajar anak, seringkali membuat anak merasa terkekang. Jika tidak ada komunikasi yang baik antara anak dan orangtua, maka kondisi ini akan terus membebani sang anak. Para orangtua dapat memperbaiki kondisi ini dengan terus membangun komunikasi yang terbuka dengan anak-anaknya, mendengarkan keluhan-keluhan mereka, bukan menceramahi.Selain itu, anak pun perlu diberikan kesempatan yang cukup untuk beristirahat (baca: bermain
pen)  pada waktu yang telah disepakati bersama. Sebab kita sama-sama mengetahui bahwa terlalu mengekang seorang anak, sama buruknya dengan memberikan kebebasan yang tanpa batas.
3.      Dorongan berkomunikasi
Seorang anak memiliki kesempatan berlatih komunikasi melalui sebuah permainan. Mereka belajar mengungkapkan ide-ide serta memberikan pemahaman pada teman-teman sepermainannya tentang aturan dan teknis permainan yang akan dilakukan, sehingga permainan dapat berlangsung berdasarkan kesepakatan-kesepakatan yang dibuat oleh para peserta, melalui penyampaian pesan yang efektif dan dimengerti antar peserta permainan.
4.      Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan
Ada begitu banyak keingingan dan kebutuhan anak yang tidak dapat dipenuhi dengan cara lain, seringkali bisa
diwujudkan melalui kegiatan bermain. Seorang anak, bisa menjadi siapapun yang ia inginkan ketika bermain. Ia mampu mewujudkan keinginannya menjadi seorang dokter, tentara maupun seorang pemimpin pasukan perang-perangan, yang mustahil mereka wujudkan dalam kehidupan nyata.  
5. Sumber belajar
Melalui bermain, seorang anak dapat mempelajari banyak hal, yang tidak selalu mereka peroleh di institusi pendidikan formal. Mereka belajar tentang arti bekerjasama, sportifitas, menyenangkannya sebuah kemenangan maupun kesedihan ketika mengalami kekalahan.  Semakin beragam media permainan serta banyaknya variasi kegiatan, maka akan semakin bertambah pengetahuan dan pengalaman baru yang mereka terima. Hal ini dapat difasilitasi oleh para orang tua dengan cara memasukkan unsur pengetahuan populer dalam permaianan anak.  Bermain sambil belajar akan memberikan dua manfaat sekaligus pada anak; yaitu kesenangan, serta kecintaan terhadap ilmu pengetahuan sejak dini.
6. Rangsangan bagi kreatifitas
Ketika anak-anak bermain, mereka kerap merasakan adanya kejenuhan ataupun rasa bosan. Pada saat seperti inilah mereka biasanya mencoba melakukan sebuah variasi permainan. Disini mereka belajar untuk mengembangkan daya kreatifitas dan imajinasinya. Ide-ide spontan yang dikemukakan oleh seorang anak, dan jika kemudian diterima oleh teman sepermainannya, akan menimbulkan adanya rasa penghargaan dari lingkungan serta menjadi motivasi munculnya ide-ide kreatif yang lain. Permainan pun akan kembali terasa menyenagkan.
7. Perkembangan wawasan diri
Melalui bermain, seorang anak dapat mengetahui kemampuan teman-teman sepermainannya, kemudian membandingkannya dengan kemampuan yang ia miliki. Hal  ini memungkinkan terbangunnya konsep diri yang lebih jelas dan pasti. Ia akan berusaha meningkatkan kemampuannya, jika ternyata ia jauh tertinggal dibandingkan teman-teman sepermainannya. Hal ini menjadi faktor pendorong yang sehat dalam pengembangan diri seorang anak.
8. Belajar bermasyarakat
Bersosialisasi dengan teman-teman sebaya merupakan hal penting yang perlu dilakukan oleh anak. Kegiatan bermain menjadikan proses bersosialisai tersebut terbangun dengan cara yang wajar dan menyenangkan. Tidak jarang timbul beberapa masalah ketika anak-anak bermain. Mereka belajar untuk menghadapi dan  memecahkan persoalan yang timbul dalam sebuah permainan secara bersama-sama. Disini hubungan sosial diantara mereka terbangun.
9. Standar moral
Meskipun dalam lingkungan keluarga maupun sekolah, anak telah diajarkan tentang hal-hal yang dianggap baik dan buruk dalam hidup bermasyarakat, namun tiada standar moral yang lebih teguh selain dalam kelompok bermain.  Kecurangan dan sikap tidak sportif yang ditunjukkan  oleh seorang anak dalam sebuah permainan, tidak jarang menyebabkan lahirnya sanksi sosial yang membuatnya jera. Disini, ia belajar untuk selalu mematuhi standar moral yang telah disepakati oleh kelompok bermainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar